“Malam penuh cinta bersama Layla adalah
siang,
Hari-hari berlalu begitu cepat kala bersamanya
Bersama Layla, penjara adalah surga Firdausku
Begitupula Api adalah cahaya bagiku”
(Kumandang syair Qais kepada Layla)
Seringkali kita
mendengar kata cinta bahkan kita sendiri pasti pernah merasakan cinta
entah itu mencintai ataupun dicintai tapi apakah kita tau apa makna dari cinta
itu sendiri? cinta dapat kita artikan sebagai sebuah ungkapkan kasih sayang
yang diwujudkan sebagai rasa kepedulian, pengorbanan diri, empati, perhatian,
menuruti perkataan, patuh dan melakukan apapun yang diinginkan oleh objek yang
dicintai tersebut. Tetapi, cinta yang berlebihan memiliki dampak negatif yang
dapat menyebabkan seseorang hilang akan jati diri yang sebenarnya. seringkali
kita mendengar berita atau kisah banyak orang yang rela bunuh diri karena putus
cinta, gila karena cinta dan lainnya. Seperti kisah rakyat dari persia yaitu
Qais dan Layla atau yang lebih kita kenal dengan Layla dan Majnun, sebuah kisah
yang jauh lebih tua dari Romeo&Juliet ditulis
oleh Syaikh Nizami Fanjavi (Sufi asal Persia 1188 M) yang terkenal diseluruh
dunia sebagai kisah keabadian cinta yang menginspirasi anak manusia tentang
pemaknaan akan sejatinya cinta.
Alkisah,
hiduplah seorang pria yang bernama Qais. Dia pria yang tampan, cerdas, dan ahli
dalam banyak hal. Dia lahir dalam keluarga terpandang. Sayangnya, semenjak
bertemu Laila dan terperosok dalam lubang cinta yang gelap gulita, pria itu pun
berubah 180 derajat. Hari-harinya dihabiskan dengan melamun dan menyusun sajak
cinta bagi Laila. Semakin hari, tubuhnya semakin kurus karena enggan mengisi
perut. Orang tuanya telah putus asa. Qais yang dimabuk cinta menjadi seorang
yang hilang akal dan dijuluki sebgai Majnun. Tanpa disangaka, sebenarnya Laila
juga memiliki perasaan yang sama terhadap Qais. Namun, sebagai seorang wanita
dengan harga diri tinggi, Laila tetap merahasiakan perasaan cintanya. Sedalam
apapun perasaan cinta Laila terhadap Qais, ia tidak dapat memaksa ayahnya untuk
menyetujui hubungannya dengan Qais karena Qais telah berubah menjadi seorang
yang sangat tidak patut diharapkan untuk menjadi pendamping hidup Laila. Cinta
mereka tidak pernah dapat terwujud. Kisah ini diakhiri dengan Majnun, yang mulai
kembali menjadi Qais, mengunjungi makam Laila. Dia menderita karena kematian
pujaan hatinya dan meninggal di atas makam itu.
Sungguhlah
tragis, dimulai dari cinta pada pandangan pertama, indahnya jatuh cinta,
angan-angan tanpa batas, hasrat yang bergejolak, obsesi pada objek cinta,
pahitnya patah hati, perasaan putus asa, hingga hidup segan mati tak mau. Semua
fase cinta ada dalam kisah ini. Sementara itu, tokoh Laila sebagai objek cinta
adalah seorang yang misterius. Tidak ada satu orang pun yang tahu perasaan yang
dipendam olehnya. Seakan membenarkan perkataan, “Hati wanita adalah samudera
rahasia yang dalam.
Dan apabila Qasis
tidak menjadi majnun apakah ia akan mendapatkan cinta layla? Ia lebih mencintai
Laila dibandingkan dirinya sendiri. Rasa cinta yang sebenarnya suci menjadi
racun yang menjangkiti seluruh tubuhnya. Qais yang tadinya cemerlang berubah
menjadi seorang yang tidak pantas diperjuangkan. Bukannya memberikan sejuta
alasan untuk dicintai Laila, Qais malah memberikan sejuta alasan untuk
dilupakan. Mungkin bagi Laila, Qais masih menjadi pemegang kunci hatinya,
tetapi Laila tidak hidup sendiri. Laila punya orang tua. Seorang wanita dari
keluarga terpandang tidak akan dinikahkan dengan seorang Majnun. Bukannya
berusaha merebut hati orang tua Laila, Qais malah menjerumuskan dirinya sendiri
ke dalam lubang cinta yang penuh nestapa. Bodohnya Qais!
Cukuplah Qais yang
mengalami penderitaan sedemikian rupa. Cinta memang bagian penting dalam
kehidupan, tetapi cinta dapat pula menjadi duri dalam daging. Seorang yang
berakal sehat tidak akan membiarkan cinta dengan liar menguasai dirinya.
Kitalah, sebagai manusia yang dianugerahi akal, yang harus mengendalikan cinta.
Berilah sejuta alasan pada objek cintamu untuk mencintaimu. Kita tidak dapat
mengendalikan pemikiran orang lain, tetapi kita dengan pasti dapat mengendalikan
pemikiran kita sendiri. Mari kita ubah persepsi kita tentang cinta. Jadikanlah
cinta sebagai bahan bakar untuk memperindah pribadi kita agar kelak kita dapat
membahagiakan objek cinta kita!