Minggu, 30 Oktober 2016

Keindahan Bidadari Surga yang Tiada Tara

Awesome! Amazing! Wonderful! elok nyaaa! indah nyaaa! sebenarnya, apa itu indah? bisa dikatakan indah adalah keadaan saat kita melihat sesuatu yang membuat hati kita merasa tenang ataupun kagum. Begitu pula paras yang indah disebut dengan cantik tetapi siapa sangka kecantikan bidadari surga penuh dengan keistimewaan, tetapi bidadari itu hanya diberikan kepada orang yang beriman dan melakukan banyak kebaikan.

Terdapat banyak sekali keterangan baik dari nash al-Qur’an maupun hadits yang menyebutkan sifat-sifat bidadari yang berada di surga. Di antaranya adalah secara fisik mereka berkulit bersih dan bermata jelita. Allah telah menjelaskan tentang kelebihan dari makhluk surga ini dalam firman-Nya:
“(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (Qs. Ar-Rahman: 72)
“Dan (di dalam surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jelita.” (Qs. Al-Waqi’ah: 22)
“Dan Kami berikan kepada mereka bidadari bermata jelita sebagai teman hidupnya.” (Qs. Ad-Dukhan: 54)

Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wassalam bersabda, “Allah subhanahu wa ta’ala telah menciptakan wajah-wajah bidadari terdiri dari empat warna: putih, hijau, kuning, dan merah. Dan tubuhnya tercipta dari za’faran, misik, dan kafur. Sedangkan rambut yang dimilikinya diciptakan dari cengkeh. Bagian dari tubuhnya mulai dari kaki hingga lutut tercipta dari za’faran. Sedangkan dari lutut hingga buah dada diciptakan Allah dari ‘anbar. Tubuhnya mulai leher sampai buah dada tercipta dari kafur. Saking cantiknya bidadari-bidadari di surga, maka sumsum tulang betisnya dapat terlihat dari luar. Seandainya sang bidadari meludah ke dunia, maka ludahnya akan menjelma menjadi misik. Pada setiap dadanya tertulis nama suaminya dan juga nama dari nama-nama Allah. Di pergelangan tangannya mereka mengenakan sepuluh gelang yang terdiri dari emas, juga memakai cincin sebanyak jari-jari yang ada, memakai sepuluh perhiasan gelang kaki dari mutiara dan permata.”

Disebutkan dalam sebuah keterangan bahwa seandainya bidadari itu muncul ke dunia, maka suasana di sekitarnya akan berubah terang benderang karena pancaran sinar yang dikeluarkan. Demikian pula, seluruh pelosok negeri akan mendapatkan semerbak aroma wangi yang tidak pernah tercium sebelumnya.

Disebutkan pula, bahwa para bidadari itu tidak mengeluarkan darah haid, demikian pula tidak kencing / buang air besar, tidak pernah meludah, tidak beringus, tidak mengeluarkan mani, dan selalu dalam keadaan perawan.

Itulah kenikmatan luar biasa yang telah dipersiapkan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang beriman. Tentunya amat disayangkan apabila manusia tidak memanfaatkan kesempatan ini dengan beramal baik saat di dunia.


Sabtu, 15 Oktober 2016

الجُنُونُ مِنَ العِشْقِ (Gila karena Cinta)


“Malam penuh cinta bersama Layla adalah siang,
Hari-hari berlalu begitu cepat kala bersamanya
Bersama Layla, penjara adalah surga Firdausku
Begitupula Api adalah cahaya bagiku”
(Kumandang syair Qais kepada Layla)


Seringkali kita mendengar kata cinta bahkan kita sendiri pasti pernah merasakan cinta entah itu mencintai ataupun dicintai tapi apakah kita tau apa makna dari cinta itu sendiri? cinta dapat kita artikan sebagai sebuah ungkapkan kasih sayang yang diwujudkan sebagai rasa kepedulian, pengorbanan diri, empati, perhatian, menuruti perkataan, patuh dan melakukan apapun yang diinginkan oleh objek yang dicintai tersebut. Tetapi, cinta yang berlebihan memiliki dampak negatif yang dapat menyebabkan seseorang hilang akan jati diri yang sebenarnya. seringkali kita mendengar berita atau kisah banyak orang yang rela bunuh diri karena putus cinta, gila karena cinta dan lainnya. Seperti kisah rakyat dari persia yaitu Qais dan Layla atau yang lebih kita kenal dengan Layla dan Majnun, sebuah kisah yang jauh lebih tua dari Romeo&Juliet ditulis oleh Syaikh Nizami Fanjavi (Sufi asal Persia 1188 M) yang terkenal diseluruh dunia sebagai kisah keabadian cinta yang menginspirasi anak manusia tentang pemaknaan akan sejatinya cinta.

Alkisah, hiduplah seorang pria yang bernama Qais. Dia pria yang tampan, cerdas, dan ahli dalam banyak hal. Dia lahir dalam keluarga terpandang. Sayangnya, semenjak bertemu Laila dan terperosok dalam lubang cinta yang gelap gulita, pria itu pun berubah 180 derajat. Hari-harinya dihabiskan dengan melamun dan menyusun sajak cinta bagi Laila. Semakin hari, tubuhnya semakin kurus karena enggan mengisi perut. Orang tuanya telah putus asa. Qais yang dimabuk cinta menjadi seorang yang hilang akal dan dijuluki sebgai Majnun. Tanpa disangaka, sebenarnya Laila juga memiliki perasaan yang sama terhadap Qais. Namun, sebagai seorang wanita dengan harga diri tinggi, Laila tetap merahasiakan perasaan cintanya. Sedalam apapun perasaan cinta Laila terhadap Qais, ia tidak dapat memaksa ayahnya untuk menyetujui hubungannya dengan Qais karena Qais telah berubah menjadi seorang yang sangat tidak patut diharapkan untuk menjadi pendamping hidup Laila. Cinta mereka tidak pernah dapat terwujud. Kisah ini diakhiri dengan Majnun, yang mulai kembali menjadi Qais, mengunjungi makam Laila. Dia menderita karena kematian pujaan hatinya dan meninggal di atas makam itu.

Sungguhlah tragis, dimulai dari cinta pada pandangan pertama, indahnya jatuh cinta, angan-angan tanpa batas, hasrat yang bergejolak, obsesi pada objek cinta, pahitnya patah hati, perasaan putus asa, hingga hidup segan mati tak mau. Semua fase cinta ada dalam kisah ini. Sementara itu, tokoh Laila sebagai objek cinta adalah seorang yang misterius. Tidak ada satu orang pun yang tahu perasaan yang dipendam olehnya. Seakan membenarkan perkataan, “Hati wanita adalah samudera rahasia yang dalam.

Dan apabila Qasis tidak menjadi majnun apakah ia akan mendapatkan cinta layla? Ia lebih mencintai Laila dibandingkan dirinya sendiri. Rasa cinta yang sebenarnya suci menjadi racun yang menjangkiti seluruh tubuhnya. Qais yang tadinya cemerlang berubah menjadi seorang yang tidak pantas diperjuangkan. Bukannya memberikan sejuta alasan untuk dicintai Laila, Qais malah memberikan sejuta alasan untuk dilupakan. Mungkin bagi Laila, Qais masih menjadi pemegang kunci hatinya, tetapi Laila tidak hidup sendiri. Laila punya orang tua. Seorang wanita dari keluarga terpandang tidak akan dinikahkan dengan seorang Majnun. Bukannya berusaha merebut hati orang tua Laila, Qais malah menjerumuskan dirinya sendiri ke dalam lubang cinta yang penuh nestapa. Bodohnya Qais!

Cukuplah Qais yang mengalami penderitaan sedemikian rupa. Cinta memang bagian penting dalam kehidupan, tetapi cinta dapat pula menjadi duri dalam daging. Seorang yang berakal sehat tidak akan membiarkan cinta dengan liar menguasai dirinya. Kitalah, sebagai manusia yang dianugerahi akal, yang harus mengendalikan cinta. Berilah sejuta alasan pada objek cintamu untuk mencintaimu. Kita tidak dapat mengendalikan pemikiran orang lain, tetapi kita dengan pasti dapat mengendalikan pemikiran kita sendiri. Mari kita ubah persepsi kita tentang cinta. Jadikanlah cinta sebagai bahan bakar untuk memperindah pribadi kita agar kelak kita dapat membahagiakan objek cinta kita!